Rasanya enak baca buku yang tidak berat tapi juga tidak kacangan.
Dee sudah bikin buku banyak, yang anehnya tidak satupun sebelumnya yang udah saya baca-secara benar- karena setiap kali memulai satu dua halaman, bosen dan akhirnya ditinggalkan.
tapi buku yang ini beda.
dan jadi beda, setelah beberapa minggu ini saya hanya berkutat sama buku atau artikel urbanism macam tulisan Lang tentang Megapolitan di Amerika, atau Splintering Urbanism yang baru saja dibawakan Andre langsung dari Belanda.
jadilah Filosofi Kopi jadi enak dibaca dan bikin terkikik-kikik.. tidak seperti baca buku-buku Dee yang sebelumnya tentang Supernova, kali ini saya habiskan satu malam, itu juga karena tidak mau rugi karena yakin besok lusa tidak akan ada waktu lagi untuk baca-baca buku.
Victor ngajak singgah di Excelso, langsung setelah dari Gramedia BSM. hmm pas, dia juga lagi punya bacaan, jadi saya baca saja buku baru ini.
langsung ke ceritanya yang paling akhir, Rico de Coro, fabel kecoa yang jatuh cinta terhadap gadis yang dia tumpangi rumahnya. komedi tragis tapi tetap saja bikin senyam senyum (untung pelayannya gak terlalu perduli, dan Victor terlalu sibuk dengan bacaannya jadi saya pun gak peduli)
pulangnya saya lanjut dengan mulai dari halaman paling depan. baru saya tau kalo ternyata buku ini 'pembuktian' Dee bahwa dia tidak 'tiba-tiba' nulis, seperti pertanyaan yang banyak diutarakan ke Dee.
Koleksi prosa selama 10 tahun, bikin buku ini santai sekaligus filosofis, karena tentunya setiap cerita menjadi unik sesuai mood Dee saat itu.
saya suka ceritanya yang paling pertama "Filosofi Kopi" tentang Ben dan Jody yang memiliki kecintaan yang berbeda pada kopi, yang satunya terobsesi yang satunya lagi melihat sebagai peluang bisnis.
semuanya menjadi beda karena Ben dan Jody ketemu "Kopi Tiwus". dan disitulah filosofi kopi yang sebenarnya dihadirkan Dee.
lengkapnya cari saja dibuku itu.
cerita kedua yang saya suka (sama sukanya dengan yang pertama) ya si Rico de Coro itu. kenapa ya, mungkin karena Dee berusaha mengemas cara manusia menilai manusia lain tapi pada koloni kecoa. jadinya terkesan lucu, tapi benernya Dee sedang mengajak pembacanya menertawakan diri masing-masing.
tidak sedikit prosa yang lebih seperti puisi, tapi toh masih enak dibaca.
tidak perlu gentar dengan judulnya 'Filosofi' karena sebenarnya kadar berat dan ringannya tergantung suasana hati waktu menikmatinya.
Comments
resensi gue
"...kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.”
Ya, bukankah seperti itu juga hidup?
Orang boleh pergi ke salon seminggu empat kali untuk menghaluskan wajah dan menyegarkan rambut. Tetapi bukankah tetap akan ada setidaknya sebiji jerawat atau sebintik komedo juga sebutir ketombe?
Kopi adalah sepucuk nubuah: sekuat apa pun kita mencoba membuat hidup terasa manis, kepahitan toh sewaktu-waktu akan datang berkunjung.
coach outlet store
louis vuitton outlet
louis vuitton handbags
oakley sunglasses
louis vuitton outlet
hollister kids
ray-ban sunglasses
hollister uk
ray-ban sunglasses
cheap uggs sale
michael kors outlet online
lebron james basketball shoes
pandora jewelry
abercrombie & fitch
longchamp handbags
louis vuitton
ugg outlet
ugg boots
ray ban sunglasses
louis vuitton handbags
abercrombie outlet
true religion
air max 90
air max 95
oakley outlet
canada goose
canada goose outlet store
michael kors outlet
giuseppe zanotti outlet
louis vuitton outlet
mulberry uk
cheap air jordans
nike air huarache
cheap oakleys
hollister clothing
oakley sunglasses sale
louis vuitton bags
uggs australia
ugg boots clearance
chanel bags