Hello 2021. Hello Stoicism.
Tulisan ini nampaknya tulisan pertama sejak sekian tahun dan kebetulan saja dimulai di awal tahun 2021.
A fresh start, boleh dibilang begitu. Setelah 2020 yang menggemaskan, walaupun belum ada kepastian tentang 2021 itu.
Bisa bertepatan dengan rasa galau ketidakpastian, akhirnya saya membaca buku "Filosofi Teras" karya Henry Manampiring, yang memperkenalkan saya dengan Stoisism. Pola hidup yang dimulai oleh seorang pengusaha bernama Zeno, diajarkan oleh Epictetus dan dilaksanakan oleh kaisar Romawi Marcus Aurelius.
Prinsip utama dari filsafat ini adalah, dalam hidup hanya ada dua hal yang perlu kamu ingat;
1. Hal-hal yang tidak bisa kamu kendalikan; yang itu kepemilikan seperti harta benda, orang tersayang; pandangan dan penilaian orang lain, cuaca, kesehatan, intinya hal-hal yang berada di luar diri kita. hmm...sebenarnya fisik kita pun, di luar kendali kita. Kita hanya bisa mengusahakan menjaga kesehatan dengan baik, namun sakit atau mati bukan dalam kendali kita. Jadi apa yang bisa dikendalikan?
2. Pikiran, cara pandang, respon. Hal yang berada di dalam pikiran kita, non materi dan abstrak, tapi sangat mempengaruhi respon kita terhadap satu kejadian.
Sampai di sini saja dulu, karena saya pun baru memulai belajar memahami.
Kedua hal tersebut, yang dikenal dengan Dikotomi Epictetus.
Namun, biar tidak lantas berpikir ya udah, urusin aja pikiran gak usah pusing kerja keras dan usaha, toh kondisi di luar kendali kita, maka, Henry Manampiring menyebutkan sebenarnya ada yang ketiga, yaitu:
3. Setengah dalam Kendali kita, hasil dan responnya di luar kendali kita. Contoh, kita mencoba memperbaiki pola hidup, pola makan, berolahraga, dan menyadari alasan logis melakukan perbaikan tersebut, maka kita memiliki kendali dalam menikmati perjalanan proses perbaikan diri. Hasilnya, angka kolesterol turun, berat badan berimbang, penampilan lebih menarik, merupakan dampak lanjutan, yang bisa diprediksi, NAMUN tidak bisa dikendalikan. Apalagi, pandangan orang terhadap tampilan luar kita pasca segala usaha tadi.
Contoh nih,
setelah sekian bulan rutin workout dengan PT dan diet, baju mulai melonggar, berat badan turun. Lalu saya bertemu dengan seorang ibu, yang reaksi awalnya "Deeeh... gemukmu Yuli"....
Nah...respon orang lain tadi di luar kendali saya.
Itu yang disebut dengan Henry sebagai Setengah dalam kendali.
Jadi, Trikotomi Stoic. boleh begitu?
Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, bahwa saya baru saja selesai menonton Soul karya Pixar dan film "A Beautiful day in the Neighborhood" yang dibintangi Tom Hanks, dilanjutkan dengan membaca buku Filosofi Teras.
Katakanlah Yuli sedang cocoklogi, tapi ketiganya menjawab pertanyaan dan kecemasan yang tak kunjung usai dan memuncak di tahun 2020 kemarin.
Seperti kata teman saya Fauziah Sulfitri, when the student is ready, the teacher will show up.
So here I am, be humbled and ready to learn to live my life, gratefully and mindfully.
Selamat tahun baru 2021, Yuli.
Comments